Minggu pagi pada 29 Juli 2018, guncangan keras pertama yang menandai rentetan peristiwa gempa pada 2018 di Nusa Tenggara Barat merupakan sebuah fenomena alam yang tak mungkin dapat dilupakan masyarakat Nusa Tenggara Barat. Rangkaian gempa berkekuatan 6.4, 7, 6.2, 5.5 dan 6.9 SR selama hampir satu bulan meluluhlantakkan 7 Kabupaten/Kota, menyebabkan 573 jiwa meninggal dunia dan ribuan lainnya mengungsi, menjauhi tempat perlindungan yang berbalik menjadi penebar ancaman bagi para penghuninya. Menilik sejarah panjang peristiwa bencana di Indonesia menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Barat merupakan daerah dengan tingkat kejadian bencana tinggi dimana 11 dari 14 jenis bencana di Indonesia ada di NTB. Sebut saja Banjir dan Tanah Longsor yang merupakan "pelanggan tetap" peristiwa bencana yang setiap tahunnya merongrong NTB. Lalu bagaimana masyarakat harus menghadapi fenomena alam ini? Bagaimana pula pemerintah menyikapi hal-hal yang berkaitan dengan bencana di NTB? Simak opini Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat, H. Ahsanul Khalik, S.Sos., MH. dalam artikel "NTB Tangguh dan Mantap, Ikhtisar Menuju NTB Gemilang Tangguh Bencana" berikut.